Syariat Mengembalikan Manusia Kepada Fitrahnya
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Syariat Mengembalikan Manusia Kepada Fitrahnya ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 3 Dzulhijjah 1445 H / 10 Juni 2024 M.
Kajian tentang Syariat Mengembalikan Manusia Kepada Fitrahnya
Dalam hadits Qudsi, Nabi berkata bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إني خلقتُ عبادي حنفاءَ فاجتالتْهم الشياطينُ
“Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hambaKu hanif (di atas fitrah mereka), namun datanglah setan-setan menyesatkan mereka.”
Salah satu talbis iblis terhadap manusia adalah mengeluarkan mereka dari fitrah, sehingga mereka berjalan tidak di atas fitrah mereka sebagai manusia. Itu pula yang dilakukan iblis terhadap kaum sufi, yaitu mengeluarkan mereka dari fitrah dan melanggar fitrah itu sendiri. Di antaranya adalah banyak sekali riwayat yang dinukil kepada kita dari mereka tentang kebiasaan mereka untuk tidak tidur, tidak memberikan hak bagi tubuh, dan menyiksa diri dengan berbagai amal yang mereka pandang ibadah. Tapi sebenarnya itu bukan ibadah karena ibadah adalah sesuatu yang harus ada tuntunannya dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika tidak, maka itu tidak tergolong ibadah, walaupun pelakunya merasa itu ibadah.
Lebih tepatnya, ini adalah amal-amal yang mereka kerjakan dengan anggapan bahwa amal itu mendekatkan mereka kepada Allah, tapi ternyata tidak. Amal itu tidak mendekatkan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Terakhir, kita bahas penukilan dari Abul Hasan Yunus bin Abi Bakar Asy-Syibli. Dia berkata, suatu malam ayahku berdiri mengerjakan shalat dengan satu kaki berpijak di atas lantai, sedang kaki yang satunya lagi terjulur ke bawah. Aku mendengar ayahku berkata kepada matanya, “Jika kamu terpejam, aku akan lemparkan kamu ke bawah.” Ayahku terus dalam kondisi seperti itu hingga subuh tiba. Keesokannya, ayahku berkata kepadaku, “Anakku, semalam aku tidak mendengar ada makhluk yang berdzikir kepada Allah selain ayam jantan yang harganya sepertiga dirham.”
Seperti itu dia mengerjakan shalat malam dengan berpijak di atas lantai dengan satu kaki, dan dia tidak memejamkan matanya sampai pagi. Artinya, dia tidak tidur. Ini adalah hal yang tidak sejalan dengan ibadah yang dikerjakan Nabi. Nabi tidur dan Nabi juga mengerjakan shalat, seperti yang dinukil kepada kita tentang tiga orang yang mendatangi Aisyah bertanya tentang ibadah Nabi dan mereka merasa itu sedikit. Maka mereka berkata, salah satunya adalah, “Adapun aku, aku akan mengerjakan shalat malam dan aku tidak akan tidur.” Maka ketika berita itu sampai kepada Nabi, Nabi berkata, “Mengapa ada orang-orang yang mengatakan begini dan begitu? Adapun aku, aku berpuasa, aku juga berbuka, aku shalat, aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita,” yaitu aku juga berumah tangga, tidak menghindari kaum wanita. Fitrahnya seperti itu.
Manusia perlu tidur karena memang fitrah mereka tidur. Maka Allah menyuruh kita untuk tidur pada waktunya, seperti malam hari. Bahkan, Nabi menganjurkan kita untuk tidur siang walaupun sekejap. Kita diperintahkan bahkan untuk makan dan minum.
…وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا…
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf[7]: 31)
Walaupun, tanpa disuruh pun kita akan makan dan minum. Namun, ini penegasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan bahwa itu termasuk perkara yang harus mereka kerjakan karena itu adalah fitrah mereka sebagai manusia. Yang tidak tidur itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
“Tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 255)
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak perlu tidur, makan, atau minum. Tapi kita yang perlu makan dan minum.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54236-syariat-mengembalikan-manusia-kepada-fitrahnya/